Andi

"Ras, lo mo lembur lagi malam ini?"
Pertanyaan tersebut memecah konsentrasiku.
"Hm, bisa jadi, Sin. Belum selesai nih soalnya," ucapku sigap.
"Udah, tutup laptopnya. Kerjaan itu kan masih minggu depan deadline-nya. Ikut gue aja yuk? Gue mau ketemu teman-teman lama nih, anaknya konyol semua. Biar lo gak stress," ujar Sinta meyakinkan.
"Duh, enggak, deh. Gue beresin ini dulu biar tenang," kataku.
Tak lama, Sinta pun menghampiri dan menutup laptopku.
"Udah, pokoknya lo ikut gue!" Ucapnya tegas.
Dengan enggan aku pun membereskan meja kerja dan bersiap untuk mengikuti Sinta yang sudah menunggu di pintu keluar. Sepanjang jalan aku pun merengek dan mengajukan alasan agar aku diijinkan pulang ke rumah saja.

"Gue kan gak kenal teman-teman lo yang ini, Sin. Gak enak, ah,"
"Udah, ikut aja! Tenang aja, lo nanti bakal bilang terima kasih sama gue,"
ujarnya penuh keyakinan.

Kami pun sampai di tempat yang dituju. Di sudut ruangan tampak wajah-wajah yang telah menunggu Sinta. Aku pun dengan sembarang mengambil posisi duduk yang agak di pinggir. Well, paling enggak kalau obrolannya gak nyambung bisa sibuk sama gadget. Dan kalau di pinggir kan gak jadi pusat perhatian.
Ternyata perkiraanku salah. Aku duduk berhadapan dengan seorang pria yang tampak begitu lelah dan tidak bersemangat. Tapi, dia begitu ramah untuk mencoba berbincang menghilangkan kecanggungan yang aku rasakan.

"Hai, temannya Sinta, ya? Gue Andi," begitu kalimat pembukanya. Mau tidak mau aku pun mencoba menanggapi usahanya untuk mencairkan suasana. Menariknya lagi obrolan yang terjadi ternyata begitu menyenangkan.
Walaupun perlu diakui, Andi ini bisa jadi adalah tipe pria yang tidak akan aku gubris ketika bertemu di tempat lain.

Tapi, i'm having a good time that night. Makanya ketika Andi meminta nomor telepon pun aku memberikannya tanpa sungkan. Ya, setidaknya Sinta benar aku bisa rehat sejenak malam itu dari kepenatan. What a night.

No comments:

Post a Comment