Resiko


"Lho, Mbak Laras? Sudah lama gak pernah ke sini lagi?" 
"He-he-he.. Iya, Mang, maklum kerjaan lagi banyak. Andi sudah pulang, Mang?" Ucapku mengalihkan obrolan.
"Belum, biasalah. Paling juga jam sepuluhan nanti," 
"Oh, ya, sudah. Saya ke kamar dulu, Mang," ucapku sambil berlalu secepat mungkin.

Aku sadar ini akan jadi kesalahan terbesar. Tapi bagaimana lagi, kerjaan yang satu ini butuh konsentrasi yang luar biasa. Lagipula memang cuma dia yang bisa memberiku inspirasi.

Pelan-pelan kucoba membuka kunci gembok kamarnya. Ternyata ia belum menggantinya. Bau ruangan ini masih sama seperti dulu. Masih seperti ketika aku mengucapkan selamat tinggal padanya. 

Kunyalakan lampu kamar, kemudian terlihat pemandangan bak kapal pecah terhampar di depan mata. "Oh, aman kalau begini," pikirku. Lelaki yang satu ini tidak akan membiarkan kamarnya berantakan apabila ia sedang dekat dengan seseorang. Setidaknya, kedatanganku malam ini tidak akan menyulut perkara bagi siapapun, kalaupun dia marah aku akan terima saja.

No comments:

Post a Comment