Tak Bergerak



Sudah pukul setengah sepuluh malam, ketika kakiku melangkah gontai menuju kamar. Sayup terdengar alunan musik pop yang dulu sering kudengar. Ada siapa gerangan?

Aku tinggal di sebuah rumah kos yang hanya dihuni oleh tiga orang saja. Aku temanku dan penjaga kos. Jadi, tidak mungkin mereka memutar lagu-lagu pop kekinian semacam Chvrches dan Haim. Teman kosku lebih senang memutar lagu-lagu diva seperti Whitney Houston ataupun Rihanna. Jadi, tidak mungkin dia pelakunya.

Seiring kaki membawaku mendekati kamar, akupun tersadar. "Wah, mbaknya datang lagi. Ngapain, sih?" Ucapku dalam hati. 

Akupun membuka pintu kamar perlahan. Dengan cahaya temaram, mataku tetap bisa menangkap sesosok wanita yang sangat akrab dalam pandangan. Tepat di sudut meja kerja, seperti yang kubayangkan, ia dengan tanktop dan celana pendek berkutat serius dengan laptopnya.

"Lho, tumben?" Ucapku memecah kesunyian.
Ia pun berpaling. Masih dengan senyum yang selalu meruntuhkan hati ia menjawab, "hehehe, aku pinjam kamar, ya? Malam ini saja kok."

"Gak bisa ngabarin dulu?"
"Iya, maaf. Aku deadline, nih. Besok pitching klien baru."
"Ya, gak apa-apa, sih. Tapi, kalau pas aku ngajak cewek, gimana? Dikira kita belum putus lagi?"
"Ah, tenang aja. Kalau aku tahu kamu lagi dekat sama cewek, aku juga gak akan ke sini."
"Emang kamu pikir aku masih sendirian sekarang?"
"Dilihat dari kondisi kamar, sih, iya. Kalau kamarmu rapi, aku sudah pasti tidak akan berada di sini."
Ia pun melanjutkan
"Sudah, tenang saja. Aku cuma malam ini kok di sini beresin kerjaan, kamu tahu kan? Aku bisa menyelesaikan kerjaan dengan cepat kalau lagi ada di sekitar kamu?"
"Well.." Ujarku tanpa protes.

Sejurus kemudian, akupun sudah memegang wine dan dua buah gelas. Kutuangkan anggur asal Cili tersebut. "Ini, biar makin enak kerjanya." Kataku sembari menyodorkan gelas untuknya.
"Wah, terima kasih," ucapnya sembari memeluk pinggangku.

"Aku mandi lalu tidur, ya? Capek banget."
"Iya, tenang aja. Aku beresin materi presentasi aja kok. Kalau sudah selesai, aku pasti langsung pulang,"
"Baiklah," ujarku.

Akupun membersihkan tubuh dan kemudian terlelap.
"Jangan lupa dikunci pintunya," kataku sebelum pergi ke alam mimpi.

Alarm pagipun mengingatkanku kembali untuk hidup. "Sial, aku lupa mematikannya. Padahal ini kan Sabtu," kataku dalam hati. Setelah sadar, dengan sigap mataku menuju sudut meja kerja. Sosok yang berbicara denganku sebelum tidur sudah pergi. Aku pun bangun dan duduk di meja tersebut. Tampak secarik kertas berisi pesan "Thank you, ya. Aku ngutang kopi sama kamu". Kembali pagi ini pun sepi tanpamu.





No comments:

Post a Comment