BOYS TOYS: RC OR DC?



Mainan yang satu ini tidak identik pada anak-anak, melainkan pada pria dewasa. Meskipun terlihat seperti mainan, namun hanya bisa dibeli oleh pria dewasa.

Ungkapan “boys will be boys” mungkin benar adanya. Karena pada dasarnya dalam diri setiap lelaki mereka selalu masih menyimpan kenangan di masa kecil. Hal ini dapat dilihat dari hobi yang digemari seperti mengoleksi action figures, die cast hingga plastic modeling. Bahkan situs-situs forum besar di Indonesia pun saat ini telah menyediakan ruang diskusi dan jual beli untuk pecinta hobi-hobi tersebut.

Namun kali ini, MALE mencoba membahas dua hobi yang sebenarnya masih berhubungan yaitu Remote Control (RC) dan Die Cast (DC). Tetapi, karena lingkup kedua hobi ini pun cukup luas, maka area yang akan diangkat hanya seputar produk yang berbentuk mobil saja. Karena di RC & DC banyak cabang-cabang lain yang sebenarnya juga menarik seperti kendaraan perang hingga pesawat.

Kedua jenis mainan ini pada awalnya mungkin diproduksi untuk mainan anak-anak. Tapi kemudian akhirnya banyak pria-pria dewasa yang justru mengambil alih hobi ini. Bahkan terkadang saking gandrung dengan hobi tersebut kocek puluhan juta pun menggelontor begitu saja. Lalu, sebenarnya apa yang membuat kedua hobi tersebut digilai oleh para pria dewasa? Untuk menjawab itu ada baiknya menilik terlebih dahulu dunia RC & DC lebih dalam.

REMOTE CONTROL

Mainan yang satu ini berkembang sejak ditemukannya teknologi kontrol jarak jauh yang menggunakan gelombang radio. Awalnya teknologi tersebut dikembangkan untuk keperluan militer dan penelitian. Di sekitaran 1898, dalam sebuah pameran, Nikola Tesla mempertunjukan sebuah kapal kecil yang dapat dikendalikan dari jarak jauh. Meski begitu, Bapak dari RC sendiri adalah John Hays Hammond Jr. yang merupakan sahabat dari Tesla. Setelah itu berkembanglah penelitian lain yang menggunakan teknologi tanpa kabel ini.

Baru pada pertengahan 1966 RC dalam bentuk mobil diperkenalkan. Adapun El-Gi (Elettronica Giacattoli) sebuah perusahan dari Italia yang memperkenalkan Ferari 250 LM dalam skala 1:12. Setelah itu kemudian bermunculanlah produsen-produsen lain yang mulai meramaikan dunia ini. Tamiya, Traxxas, Kyosho, hingga Auldey merupakan beberapa brand yang kemudian menjadi incaran para pecinta RC.

Untuk mengetahui dunia RC di Indonesia, beberapa waktu yang lalu MALE bertandang ke sebuah komunitas pecinta RC. Paddock mini-rc Indonesia, demikian mereka dikenal. Jangan harap Anda menemukan anak kecil yang bermain ketika berkunjung ke komunitas ini, yang terlihat justru pria berumuran 20 – 30 an yang sedang sibuk mengutak-atik mainan mereka.

Nobu, pendiri komunitas tersebut membantu menjelaskan mengenai dunia RC serta seluk beluknya. Menurutnya, RC sendiri pada dasarnya terbagi berdasarkan skala besar atau kecil. Skala besar berukuran 1:8 hingga 1: 16. Sementara untuk skala kecil terhitung dari 1:24 hingga skala yang paling kecil yang ada. “Nah, baru dari situ, misal untuk yang skala besar ada pembagian lagi menjadi kelas engine atau elektrik,” jelasnya. Sementara untuk yang kecil klasifikasinya terbagi lagi seperti Propo, Semi Propo. Dan pengklasifikasian ini belum ada aturan resminya, sehingga berkembang luas dan tidak akan ada habisnya jika dibahas.

Paddock mini-rc sendiri merupakan komunitas yang bermain di skala kecil. Mobil-mobil RC yang mereka pakai adalah yang berskala 1:28. Alasan pemilihan skala ini karena untuk memainkannya tidak membutuhkan tempat yang terlalu luas. “Belum lagi kalau hujan, Nah, kalau ukuran seperti ini kan bisa cukup di halaman rumah saja kita bisa bikin race,” tambah Nobu.

Salah seorang anggota lainnya, Bayu pun membenarkan bahwa terkadang jika bermain RC ukuran besar kendalanya adalah lahan untuk bermain. “Saya punya RC dari skala besar, tapi lebih banyak main yang 1:28, karena kalau ukuran ini bisa main di mana saja” tukasnya.

Untuk skala 1:28 jenis yang digunakan untuk bermain adalah RC elektrik. Beberapa di antara anggota Paddock mengaku bahwa mereka dulunya juga bermain RC engine. Namun untuk yang satu itu selain harganya yang lebih mahal, faktor bahan bakar yang digunakan juga menjadi kendala. “Hitungannya cukup mahal dan juga agak susah sih sekarang cari bahan bakarnya,” ungkap Nobu.

Tingkat kerapihan desain mobil juga menjadi salah satu pertimbangan. Meskipun terlihat hanya seperti mainan biasa, namun beberapa produsen RC memegang lisensi untuk memproduksi mainan sesuai dengan bentuk aslinya. Kelangkaan jenis mobil dan bentuk pun menjadi daya tarik lain terlepas dari kecepatan dan kelincahan dalam mengontrol mobil.

Dari segi harga, RC berukuran kecil memang lebih murah. Namun tetap saja, akhirnya RC ini berfungsi bukan hanya sebagai mainan saja. Untuk yang sering dilombakan kebanyakan menggunakan produk keluaran Auldey. Untuk produk tersebut menurut Nobu, jika menginginkan RC yang siap race maka paling mahal akan merogoh kocek hingga Rp.500ribu saja. Sementara jika sudah beralih ke tingkat yang lebih tinggi seperti Mini-Z keluaran Kyosho mobil yang belum siap race berbanderol di atas satu juta rupiah.

Perbedaan mencolok terlihat pada harga jika membandingkan antara skala kecil dengan yang besar. Untuk RC skala besar, Anda harus merogoh kocek di atas tiga juta rupiah. Bayu, sendiri hingga saat ini telah merogoh kantongnya mencapai puluhan juta demi kecintaannya pada RC.

Lalu, apakah memang RC adalah mainan yang disukai sejak kecil? Jawaban beragam akan Anda temukan di komunitas ini. Bayu yang telah menghabiskan banyak pengeluaran untuk RC ternyata baru menerjuni dan menyukai mainan ini sejak lima tahun lalu. Sementara Nobu menyatakan bahwa ia memang menyukai RC dan menjadikannya sebagai hobi.

Meski menjadikan RC sebagai hobi, namun komunitas Paddock mini-rc tetap berusaha memiliki prestasi melalui hobi ini. Maka tidak heran jika dalam setiap pertemuannya mereka akan mengadakan race untuk memacu agar bisa berprestasi dalam kejuaraan. Hal ini pun terwujud melalui beberapa piala yang mereka dapatkan melalui kejuaraan dalam skala nasional.

DIECAST


Masih ingatkah Anda bagaimana bahagianya ketika ayah membelikan mobil-mobilan kecil yang memiliki kesamaan dengan aslinya.

Mobil-mobilan kecil yang sangat digemari anak-anak lebih dikenal dengan nama umum 'Matchbox'. Istilah yang sebenarnya adalah Die Cast (DC). Istilah ini sendiri sebenarnya merupakan sebuah metode dari pengecoran logam yang digunakan untuk memproduksi mainan tersebut. Namun tidak semua DC diproduksi dari bahan metal. Beberapa diantaranya justru menggunakan plastik, karet hingga kaca.

DC pertama kali diproduksi pertama kali di sekitaran abad 20 oleh Meccano (Dinky Toys) di Inggris. Sementara di Amerika Serikat, Dowst Brothers (Tootsie Toys) adalah produsen pertama yang memperkenalkan mainan ini. Model yang dikeluarkan saat itu masih dalam bentuk mobil kecil atau Van tanpa interior. Kemudian di 1947, Lesney memproduksi Matchbox seri 1-75. Di mana kemudian akhirnya matchbox menjadi istilah untuk mobil-mobil model dengan ukuran mini pada saat itu. Kemudian muncul Hot Wheels di 1968 yang merupakan produksi Mattel. Di mana produsen ini juga terkenal dengan produk boneka barbie-nya. Dan saat ini berbagai produsen telah meramaikan dunia DC dari mulai Autoart, Jada Toys, Kinsmart hingga Minichamps.

Sama dengan RC, DC pun menggunakan skala dalam setiap jenisnya. Skala yang digunakan mulai dari 1:12 hingga 1:148. Daya tarik dari hobi yang satu ini adalah tingkat detail yang disajikan oleh masing-masing produsen. Apalagi ketika model yang dimiliki merupakan limitied item. Selain itu, model mobil yang mampu dibuka kap mobil, pintu dan detail interior yang sama dengan mobil aslinya memiliki keistimewaan tersendiri. Dan gengsi yang diperoleh para kolektor DC berbarengan dengan banyaknya item langka yang mereka punya.

Kondisi barang pun menjadi salah satu patokan pecinta hobi DC. Sebuah model mobil langka yang berada dalam mint condition memiliki harga yang menjulang. Sehingga penyimpanan koleksi DC ini sangat penting untuk diperhatikan. Beberapa justru tidak mengeluarkan mainan ini dari kemasannya agar koleksinya tetap berada dalam kondisi mint.

Kisaran harga mainan ini mulai dari dibawah seratus ribu hingga jutaan rupiah. Beberapa orang bahkan sudah menghabiskan puluhan juta untuk koleksi DC-nya tersebut. Namun kepuasan dalam memiliki barang yang mereka cintai tidak dapat dinilai dengan uang. Beberapa orang memang berniat untuk hanya mengoleksi mobil-mobil model tersebut. Sementara yang lainnya juga menyebut hobi ini sebagai investasi.

Di Indonesia kontes untuk DC pun cukup sering diselenggarakan. Penilaian dalam kontes ini meliputi jumlah rare item yang dimiliki hingga detail dalam setiap koleksi yang dimiliki. Sehingga keahlian dalam berburu barang jadi syarat utama dalam mendalami hobi ini.

Kedua hobi ini sebenarnya memiliki kemiripan hanya saja kepuasan yang didapat berbeda. Bagi pecinta RC untuk melihat dan merasakan mengendalikan mobil memberikan kepuasan yang tidak tergantikan. Sementara bagi pecinta DC memiliki model yang langka dengan tingkat detail yang tinggi, mengundang rasa bangga yang menyenangkan.

Namun, jika Anda tertarik untuk mendalami kedua hobi tersebut, jangan kaget apabila mendapat tentangan dari pasangan atau keluarga. Bagaimanapun menurut mereka semua itu hanya mainan yang seharusnya dimiliki oleh anak kecil. But, we used to be boys right?

-WITPRASETYO-

(MALE DIGITAL INTERACTIVE, 022)

No comments:

Post a Comment